Saat Anda browsing di media sosial, bolak-balik halaman koran, melihat-lihat informasi, terusan berita, atau update status dari teman-teman Anda, coba tanyakan ke diri Anda; apakah Anda sedang mencari informasi, atau sedang konfirmasi dari sebuah opini yang sudah ada di kepala Anda, yang sedang Anda tunggu kelanjutannya?
Keyakinan bawah sadar Anda mengenai sesuatu, entah yang baru terbentuk atau sudah lama, atau bawaan sejak kecil, akan dengan cepat membidik informasi yang mengkonfirmasi keyakinan tersebut. Manusia secara sadar atau tidak, akan berusaha sekuat tenaga, membuktikan apa yang ia yakini benar. Karena itu, bukan sebuah kebetulan Anda akan temukan berbagai informasi yang bernada "Tuh, khan?". Anda hanya akan temukan yang Anda cari.
Jumlah informasi yang berlalu lintas di sekeliling kita jumlahnya tidak terbatas. Yang memberikan data counter atau berlawanan dengan keyakinan kita juga sangat banyak. Tapi mata, telinga, dan indera lainnya, hanya akan lebih peka ke hal yang mengkonfirmasi keyakinan. Ini seperti kalau Anda sudah yakin seseorang itu baik, Anda lebih peka untuk mendeteksi kebaikannya, dan lebih mudah mengabaikan atau alpa melihat ketidakbaikkannya. Sama juga kalau Anda sudah yakin seseorang itu tidak baik.
Yang benar-benar mencari informasi, akan menemukan informasi dari sisi atau sudut pandang berbeda. Karena ia mencari dengan rasa ingin tahu, bukan dengan rasa sudah tahu. Pada akhirnya mungkin tetap akan menyimpulkan ke satu sisi, tapi mereka tidak buru-buru menyimpulkan. Kita temukan ini, sering pada orang-orang yang disebut sebagai skeptis. Tidak mudah percaya dan ingin buktikan sendiri. Perhatikan orang-orang dengan sikap ini sering dilabel sebagai sinis atau tidak peduli (karena tidak mau langsung menyimpulkan mendukung opini tertentu), atau bahkan tidak membela kebenaran (baca: tidak langsung setuju opini tertentu).
Orang yang benar-benar mencari informasi, di awal saat ia membaca atau melihat atau mendengar sesuatu, hanya menganggap informasi itu sebagai sebuah dugaan atau hipotesa. Hipotesa harus dibuktikan atau diuji dulu kebenarannya dengan informasi lebih, atau bukti di lapangan. Bedanya dengan yang hanya ingin cari pembenaran, yang ingin cari informasi menguji dengan data dan informasi dari arah berpikir yang berbeda, mau mendengarkan juga
Bagi orang yang hanya ingin mencari pembenaran, apa yang ia lihat atau dengar, hasilnya langsung ke kesimpulan. Kesimpulannya pun hanya dua, yakni informasi itu benar (karena sejalan dengan opininya) atau bohong/tidak benar (karena tidak sejalan dengan opininya).
Saya selalu ingat nasihat Dr.Edward DeBono, pakar 'teknik berpikir dan kreativitas', bahwa kalau Anda masih punya waktu, pakailah dulu 'topi putih' Anda, atau cari dulu informasi. 'Topi merah' atau perasaan atau intuisi, sah-sah langsung dipakai untuk buat kesimpulan, hanya kalau benar-benar Anda tidak ada waktu berpikir atau tidak ada informasi yang tersedia. Sehari-hari, kita punya waktu untuk berpikir, sebelum membuat kesimpulan. Sebagian besar keputusan kita mengenai suatu hal, terutama opini kita mengenai seseorang atau sebuah kelompok atau sebuah peristiwa, tidak mewajibkan kita putuskan dalam hitungan detik atau menit. Tentu saja, kecuali kalau kita hanya mau mencari pembenaran :-)
Keyakinan bawah sadar Anda mengenai sesuatu, entah yang baru terbentuk atau sudah lama, atau bawaan sejak kecil, akan dengan cepat membidik informasi yang mengkonfirmasi keyakinan tersebut. Manusia secara sadar atau tidak, akan berusaha sekuat tenaga, membuktikan apa yang ia yakini benar. Karena itu, bukan sebuah kebetulan Anda akan temukan berbagai informasi yang bernada "Tuh, khan?". Anda hanya akan temukan yang Anda cari.
Jumlah informasi yang berlalu lintas di sekeliling kita jumlahnya tidak terbatas. Yang memberikan data counter atau berlawanan dengan keyakinan kita juga sangat banyak. Tapi mata, telinga, dan indera lainnya, hanya akan lebih peka ke hal yang mengkonfirmasi keyakinan. Ini seperti kalau Anda sudah yakin seseorang itu baik, Anda lebih peka untuk mendeteksi kebaikannya, dan lebih mudah mengabaikan atau alpa melihat ketidakbaikkannya. Sama juga kalau Anda sudah yakin seseorang itu tidak baik.
Yang benar-benar mencari informasi, akan menemukan informasi dari sisi atau sudut pandang berbeda. Karena ia mencari dengan rasa ingin tahu, bukan dengan rasa sudah tahu. Pada akhirnya mungkin tetap akan menyimpulkan ke satu sisi, tapi mereka tidak buru-buru menyimpulkan. Kita temukan ini, sering pada orang-orang yang disebut sebagai skeptis. Tidak mudah percaya dan ingin buktikan sendiri. Perhatikan orang-orang dengan sikap ini sering dilabel sebagai sinis atau tidak peduli (karena tidak mau langsung menyimpulkan mendukung opini tertentu), atau bahkan tidak membela kebenaran (baca: tidak langsung setuju opini tertentu).
Orang yang benar-benar mencari informasi, di awal saat ia membaca atau melihat atau mendengar sesuatu, hanya menganggap informasi itu sebagai sebuah dugaan atau hipotesa. Hipotesa harus dibuktikan atau diuji dulu kebenarannya dengan informasi lebih, atau bukti di lapangan. Bedanya dengan yang hanya ingin cari pembenaran, yang ingin cari informasi menguji dengan data dan informasi dari arah berpikir yang berbeda, mau mendengarkan juga
Bagi orang yang hanya ingin mencari pembenaran, apa yang ia lihat atau dengar, hasilnya langsung ke kesimpulan. Kesimpulannya pun hanya dua, yakni informasi itu benar (karena sejalan dengan opininya) atau bohong/tidak benar (karena tidak sejalan dengan opininya).
Saya selalu ingat nasihat Dr.Edward DeBono, pakar 'teknik berpikir dan kreativitas', bahwa kalau Anda masih punya waktu, pakailah dulu 'topi putih' Anda, atau cari dulu informasi. 'Topi merah' atau perasaan atau intuisi, sah-sah langsung dipakai untuk buat kesimpulan, hanya kalau benar-benar Anda tidak ada waktu berpikir atau tidak ada informasi yang tersedia. Sehari-hari, kita punya waktu untuk berpikir, sebelum membuat kesimpulan. Sebagian besar keputusan kita mengenai suatu hal, terutama opini kita mengenai seseorang atau sebuah kelompok atau sebuah peristiwa, tidak mewajibkan kita putuskan dalam hitungan detik atau menit. Tentu saja, kecuali kalau kita hanya mau mencari pembenaran :-)