Oleh: HINGDRANATA NIKOLAY
Berikut ini saya mencatat beberapa hal yang saya anggap bagus untuk dimodel dari anak-anak kita sendiri. Anak-anak yang saya maksudkan di sini, adalah anak kecil di sekitar kita. Kebanyakan berusia di bawah 6-7 tahun, walau ada juga anak-anak yang sampai 10 tahun masih seperti ini.
Ini adalah generalisasi dari pengamatan dan pengalaman saya sendiri, jadi pengamatan Anda tentu bisa berbeda. Dan tentu saja ada anak-anak di luar yang saya gambarkan di bawah. Semoga bermanfaat. Enjoy!
1. Saya tidak suka instruksi, tapi saya tahu siapa otoritasnya
Siapapun yang punya anak kecil di rumahnya, tahu betapa mereka tidak menikmati disuruh sana-sini. Tapi seberapapun kesalnya mereka terhadap instruksi atau aturan main, mereka tetap tahu siapa otoritasnya dan respek terhadap itu. Mereka tetap ikuti. Mungkin ngedumel, mungkin ngambek, tapi seringkali malah merasa bersalah dan meminta maaf kepada orang tuanya.
Strategi penting: mereka kesal instruksinya, tapi tetap sayang dan hormat dengan yang memberi instruksi. Mereka paham garis otoritas, siapa yang in charge. Karena itu dalam kelompok bermain pun, mereka tahu siapa yang in charge. Kalau mereka tidak tunjukan ini dengan baik, itu hanya karena skil mereka untuk ekspresikan itu masih di bawah dasar.
2. Kemarin bisa saling kesal, tapi hari ini main lagi
Saya selalu menggambarkan pikiran dan sikap anak kecil seperti pintu bar koboi. Terbuka dan tertutup begitu fleksibel. Mereka bisa sangat kesal dengan apa yang dilakukan temannya atau kita sebagai orang tua, tapi besok segala sesuatu bisa kembali baik-baik saja. Seolah yang kemarin tidak pernah terjadi. Hanya setelah berusia lebih 6 tahun, di mana pre frontal cortex mereka mulai berkembang cepat, tergantung dari apa yang mereka pelajari dari sekitarnya, mereka mulai belajar menyimpan kekesalan mereka yang bisa berlanjut.
Strategi penting: mereka mindful. Mereka tidak melihat kemarin, tapi melihat dan melakukan sesuatu di hari ini, saat ini. Imajinasi mereka akan apa yang menyenangkan memenuhi kepala mereka. Mereka tenggelam melihat, mendengarkan dan merasakan, begitu ada aktifitas membahagiakan, dan langsung total lagi bersama anak yang kemarin cekcok dengan mereka.
3. Apapun warnamu, mari bermain dan bahagia bersama
Pernah perhatikan anak-anak kecil kita merespon positif terhadap undangan berupa senyum dan ajakan bermain dari anak-anak lain? Apapun warna kulit, jenis kelamin, dan bentuk fisik anak lain. Bahkan di beberapa kasus, ajakan bersahabat dari orang dewasa juga direspon gembira oleh mereka. Mereka hanya menghindari wajah-wajah atau sikap-sikap permusuhan yang terlihat atau terdengar oleh mereka.
Strategi penting: Mereka ingin bersahabat dan mereka tidak memilih sahabat dari penampilan, sifat, karakter, dan lain-lain. Mereka melihat, mendengar, lalu menunggu untuk bisa merasakan apakah Anda bersahabat atau mengancam mereka. Kalau Anda mau bahagia bersama, yuk bermain!
4. Mereka bilang 'maaf, dan 'terima kasih'
Otak sederhana anak-anak tidak memaknakan apapun secara baik. Mereka belum punya kosakata yang cukup untuk itu. Tapi walau tidak paham konsepnya, mereka tetap akan katakan dua kata yang menyejukkan, yakni: 'maaf, dan 'terima kasih'. Betul, seringkali dua kata yang menyejukkan ini diucapkan karena disuruh orangtuanya. Betul pula, saat mereka ucapkan sepertinya mereka tidak niatkan. Tapi toh mereka ucapkan. Yang usianya dewasa dan paham konsep dua kata ini saja berat untuk ucapkan, walau harusnya malah diucapkan.
Strategi penting: mereka hanya ingin hubungannya kembali manis. Kalau mereka menolak atau enggan, itu seringkali bukan karena marah, tapi karena tidak paham secara utuh bagaimana bersikap, dan karena itu takut. Dan banyak juga kok di antara mereka, yang benar-benar merasa sedih saat mengucapkan 'maaf', dan sangat gembira saat berucap 'terima kasih'.
Di akhir hari, anak-anak ini pun bahagia dan hanya ingin bahagia. Mereka bangun pagi pun bahagia, dan ingin bahagia di hari itu. Bukankah kita juga ingin demikian? Semoga kita yang merasa diri dewasa bisa gembira lagi seperti mereka dan bersosial ria, dengan belajar lagi dari anak-anak di sekitar kita ini. PEACE!
Berikut ini saya mencatat beberapa hal yang saya anggap bagus untuk dimodel dari anak-anak kita sendiri. Anak-anak yang saya maksudkan di sini, adalah anak kecil di sekitar kita. Kebanyakan berusia di bawah 6-7 tahun, walau ada juga anak-anak yang sampai 10 tahun masih seperti ini.
Ini adalah generalisasi dari pengamatan dan pengalaman saya sendiri, jadi pengamatan Anda tentu bisa berbeda. Dan tentu saja ada anak-anak di luar yang saya gambarkan di bawah. Semoga bermanfaat. Enjoy!
1. Saya tidak suka instruksi, tapi saya tahu siapa otoritasnya
Siapapun yang punya anak kecil di rumahnya, tahu betapa mereka tidak menikmati disuruh sana-sini. Tapi seberapapun kesalnya mereka terhadap instruksi atau aturan main, mereka tetap tahu siapa otoritasnya dan respek terhadap itu. Mereka tetap ikuti. Mungkin ngedumel, mungkin ngambek, tapi seringkali malah merasa bersalah dan meminta maaf kepada orang tuanya.
Strategi penting: mereka kesal instruksinya, tapi tetap sayang dan hormat dengan yang memberi instruksi. Mereka paham garis otoritas, siapa yang in charge. Karena itu dalam kelompok bermain pun, mereka tahu siapa yang in charge. Kalau mereka tidak tunjukan ini dengan baik, itu hanya karena skil mereka untuk ekspresikan itu masih di bawah dasar.
2. Kemarin bisa saling kesal, tapi hari ini main lagi
Saya selalu menggambarkan pikiran dan sikap anak kecil seperti pintu bar koboi. Terbuka dan tertutup begitu fleksibel. Mereka bisa sangat kesal dengan apa yang dilakukan temannya atau kita sebagai orang tua, tapi besok segala sesuatu bisa kembali baik-baik saja. Seolah yang kemarin tidak pernah terjadi. Hanya setelah berusia lebih 6 tahun, di mana pre frontal cortex mereka mulai berkembang cepat, tergantung dari apa yang mereka pelajari dari sekitarnya, mereka mulai belajar menyimpan kekesalan mereka yang bisa berlanjut.
Strategi penting: mereka mindful. Mereka tidak melihat kemarin, tapi melihat dan melakukan sesuatu di hari ini, saat ini. Imajinasi mereka akan apa yang menyenangkan memenuhi kepala mereka. Mereka tenggelam melihat, mendengarkan dan merasakan, begitu ada aktifitas membahagiakan, dan langsung total lagi bersama anak yang kemarin cekcok dengan mereka.
3. Apapun warnamu, mari bermain dan bahagia bersama
Pernah perhatikan anak-anak kecil kita merespon positif terhadap undangan berupa senyum dan ajakan bermain dari anak-anak lain? Apapun warna kulit, jenis kelamin, dan bentuk fisik anak lain. Bahkan di beberapa kasus, ajakan bersahabat dari orang dewasa juga direspon gembira oleh mereka. Mereka hanya menghindari wajah-wajah atau sikap-sikap permusuhan yang terlihat atau terdengar oleh mereka.
Strategi penting: Mereka ingin bersahabat dan mereka tidak memilih sahabat dari penampilan, sifat, karakter, dan lain-lain. Mereka melihat, mendengar, lalu menunggu untuk bisa merasakan apakah Anda bersahabat atau mengancam mereka. Kalau Anda mau bahagia bersama, yuk bermain!
4. Mereka bilang 'maaf, dan 'terima kasih'
Otak sederhana anak-anak tidak memaknakan apapun secara baik. Mereka belum punya kosakata yang cukup untuk itu. Tapi walau tidak paham konsepnya, mereka tetap akan katakan dua kata yang menyejukkan, yakni: 'maaf, dan 'terima kasih'. Betul, seringkali dua kata yang menyejukkan ini diucapkan karena disuruh orangtuanya. Betul pula, saat mereka ucapkan sepertinya mereka tidak niatkan. Tapi toh mereka ucapkan. Yang usianya dewasa dan paham konsep dua kata ini saja berat untuk ucapkan, walau harusnya malah diucapkan.
Strategi penting: mereka hanya ingin hubungannya kembali manis. Kalau mereka menolak atau enggan, itu seringkali bukan karena marah, tapi karena tidak paham secara utuh bagaimana bersikap, dan karena itu takut. Dan banyak juga kok di antara mereka, yang benar-benar merasa sedih saat mengucapkan 'maaf', dan sangat gembira saat berucap 'terima kasih'.
Di akhir hari, anak-anak ini pun bahagia dan hanya ingin bahagia. Mereka bangun pagi pun bahagia, dan ingin bahagia di hari itu. Bukankah kita juga ingin demikian? Semoga kita yang merasa diri dewasa bisa gembira lagi seperti mereka dan bersosial ria, dengan belajar lagi dari anak-anak di sekitar kita ini. PEACE!