Saat alami kegagalan, kadang muncul dialog internal "Seandainya saja saya mampu seperti mereka" atau "Andaikan saja saya semampu yang lain", atau yang sejenisnya. Ucapan ini, walau terkesan normal, bisa memberi arah yang keliru mengenai kemampuan atau kecerdasan seseorang.
Kali ini saya ingin obrolkan mengenai 2 kutub keyakinan yang berlawanan; 'itulah kemampuan saya' dan 'saya bisa bertumbuh'. Yang pertama bicara soal 'orang'-nya, yang kedua soal 'proses' atau 'tindakan' orangnya.
Beberapa kita punya keyakinan 'Inilah saya' atau 'Saya memang orang yang begitu', yangmana tidak akan lagi bisa bertambah mampu, selain yang sudah saya buktikan. Kutub ini yakin bahwa kalau saya tidak bisa melakukan sesuatu, itu bukan soal skil, bukan soal saya belum belajar, tapi soal saya memang 'orang tidak mampu' di bidang itu.
Kalau Anda yakin sekali Anda 'orang tidak mampu' di sebuah bidang atau dalam sebuah perjalanan menuju impian Anda, Anda pun tidak akan berusaha lebih. Untuk apa? Toh Anda hanya akan buktikan ketidakmampuan Anda nantinya. Karena itu saat ditawarkan sebuah tugas atau posisi atau target yang lebih sulit dari yang selama ini Anda telah tekuni, dan yang belum dikuasai, atau tidak nyaman dikerjakan, untuk apa ambil resiko?
Sementara di kutub berbeda, kalau Anda punya keyakinan 'saya bisa bertumbuh', dan fokus pada proses atau tindakan Anda, Anda punya potensi untuk terus berusaha. Keyakinan kedua ini adalah soal kerja keras dan usaha akan membuat Anda mampu melakukan atau mencapai sesuatu. Kelompok kedua ini akan lebih berani mengambil resiko mengerjakan sesuatu yang lebih dikuasai, karena mereka tahu kemampuan tidak berhubungan dengan 'siapa saya', tapi seperti apa 'usaha saya'.
Perhatikan kalimat "Andaikan saja saya semampu mereka" menunjuk ke 'saya'. Dan bandingkan dengan "Kemampuan saya masih perlu ditingkatkan", yang menunjuk ke 'tindakan' atau 'proses'. Bukankah kalimat seperti "Saya hanya perlu berusaha lebih", lebih memotivasi dibanding "Mau berusaha seperti apapun, saya akan tetap begini-begini saja"?
Arah pemikiran memang adalah pilihan kita sendiri-sendiri. Karena toh hasilnya adalah tanggung jawab dan kebahagiaan sendiri-sendiri juga.
Secara prinsip, saya memilih yang menunjuk ke arah 'usaha' atau 'tindakan'. Karena itu saya sering melakukan hal-hal yang awalnya saya tidak mampu. Yangmana kalau saya sudah yakin saya sebagai 'orang' yang tidak akan mampu lakukan itu, saya tidak bisa mencapai yang telah saya capai saat ini.
Yuk, berusaha lebih keras dan cerdas! Toh sebenarnya Anda pun sudah sering kejutkan diri sendiri dengan kemampuan baru Anda, yang awalnya tidak Anda kira Anda bisa.
Kali ini saya ingin obrolkan mengenai 2 kutub keyakinan yang berlawanan; 'itulah kemampuan saya' dan 'saya bisa bertumbuh'. Yang pertama bicara soal 'orang'-nya, yang kedua soal 'proses' atau 'tindakan' orangnya.
Beberapa kita punya keyakinan 'Inilah saya' atau 'Saya memang orang yang begitu', yangmana tidak akan lagi bisa bertambah mampu, selain yang sudah saya buktikan. Kutub ini yakin bahwa kalau saya tidak bisa melakukan sesuatu, itu bukan soal skil, bukan soal saya belum belajar, tapi soal saya memang 'orang tidak mampu' di bidang itu.
Kalau Anda yakin sekali Anda 'orang tidak mampu' di sebuah bidang atau dalam sebuah perjalanan menuju impian Anda, Anda pun tidak akan berusaha lebih. Untuk apa? Toh Anda hanya akan buktikan ketidakmampuan Anda nantinya. Karena itu saat ditawarkan sebuah tugas atau posisi atau target yang lebih sulit dari yang selama ini Anda telah tekuni, dan yang belum dikuasai, atau tidak nyaman dikerjakan, untuk apa ambil resiko?
Sementara di kutub berbeda, kalau Anda punya keyakinan 'saya bisa bertumbuh', dan fokus pada proses atau tindakan Anda, Anda punya potensi untuk terus berusaha. Keyakinan kedua ini adalah soal kerja keras dan usaha akan membuat Anda mampu melakukan atau mencapai sesuatu. Kelompok kedua ini akan lebih berani mengambil resiko mengerjakan sesuatu yang lebih dikuasai, karena mereka tahu kemampuan tidak berhubungan dengan 'siapa saya', tapi seperti apa 'usaha saya'.
Perhatikan kalimat "Andaikan saja saya semampu mereka" menunjuk ke 'saya'. Dan bandingkan dengan "Kemampuan saya masih perlu ditingkatkan", yang menunjuk ke 'tindakan' atau 'proses'. Bukankah kalimat seperti "Saya hanya perlu berusaha lebih", lebih memotivasi dibanding "Mau berusaha seperti apapun, saya akan tetap begini-begini saja"?
Arah pemikiran memang adalah pilihan kita sendiri-sendiri. Karena toh hasilnya adalah tanggung jawab dan kebahagiaan sendiri-sendiri juga.
Secara prinsip, saya memilih yang menunjuk ke arah 'usaha' atau 'tindakan'. Karena itu saya sering melakukan hal-hal yang awalnya saya tidak mampu. Yangmana kalau saya sudah yakin saya sebagai 'orang' yang tidak akan mampu lakukan itu, saya tidak bisa mencapai yang telah saya capai saat ini.
Yuk, berusaha lebih keras dan cerdas! Toh sebenarnya Anda pun sudah sering kejutkan diri sendiri dengan kemampuan baru Anda, yang awalnya tidak Anda kira Anda bisa.